Sanur dan masyarakatnya
berkembang dengan mengedepankan spiritual dan upacara. Sebagaimana masyarakat
Bali kebanyakan, setiap laku hidup masyarakat Sanur merupakan sebuah perayaan
terhadap kehidupan, yang mana didalamnya menghasilkan produk seni budaya yang
masih demikian kuat mengakar hingga sekarang.
“Mengingat Sanur merupakan
salah satu destinasi pariwisata dunia, tentu kita harus memberi apresisasi
positif bagaimana upaya masyarakatnya menjaga kesenian tradisi agar tetap
mengada di tengah gempuran budaya asing. Salah satu yang mereka lakukan adalah
menyelenggarakan Sanur Village Festival. Mudah-mudahan Sanur tetap seperti ini,
tetap menjadi desa budaya internasional,” ucap Laksmi.
Laksmi sendiri dijadwalkan
pentas dalam event tahunan yang mulai diselenggarakan sejak tahun 2006 silam
tersebut pada 4 dan 5 Agustus. Ia akan tampil sebagai performer tunggal pada
pembukaan event, yang “dikawal” oleh Magic Finger Balawan and Batuan Ethnic
Fusion. Jika merunut ke belakang, ini pertama kalinya Laksmi tampil sebagai
performer tunggal, mewakili dirinya sendiri. Sebelumnya, ia selalu tampil
bersama Tropical Transit, band legendaris dari Bali.
“Dalam event kali ini, saya
juga bernyanyi bersama Nyanyian Dharma tanggal 5 Agustus. Jadi pada pembukaan
saya main, besoknya main lain. Mudah-mudahan penontonnya gak bosan dengar Ayu
Laksmi magending (bernyanyi), hahahaaa….,” katanya.
Tahun 2010 ini merupakan kali
kelima Laksmi perform dalam Sanur Village Festival. Dengan demikian, ini
berarti ia selalu didaulat untuk mengisi event yang tahun ini mengangkat tema
“Saha Nuhur”, yang mengandung makna permohonan bersama kepada Tuhan Yang Maha
Esa untuk mendapatkan sinar suci (nuhur atau nur) yang menjadi spirit dari
berbagai aspek kehidupan masyarakat setempat.
Ketua Umum Panitia, Ida Bagus
Sidharta Putra, mengatakan keberadaan event tersebut merupakan sebuah penegasan
jika pihaknya memiliki komitmen untuk tetap mempertahankan warisan seni dan
budaya. “Kegiatan komersial di Sanur selalu diiringi dengan berbagai upaya
untuk menjaga kelestarian lingkungan seperti yang dilakukan para pendahulu,”
tutur pria yang akrab disapa Gus De.
Salah satu upaya pelestarian
lingkungan yang dimaksud Gus De adalah keberadaan pohon intaran atau mimba atau
neem (azadirachta indica) yang banyak tumbuh di wilayah Sanur. Seluruh bagian
pohon tersebut bermanfaat bagi manusia. Nilai historis pohon intaran ini akan
diangkat dan dikombinasikan dengan sejarah Sanur, yang sampai saat ini
diabadikan menjadi nama kawasan desa wisata ini.
“Ini menjadi bukti kedekatan
pohon intaran dengan Sanur. Program lingkungan ‘go green’ yang sempat diusung
tahun lalu sangat erat kaitannya dengan program penanaman pohon intaran. Pohon
ini pula akan dijadikan ikon Sanur yang ikut memberikan spirit dan harmoni
antara alam, manusia, dan Sang Pencipta seperti filosofi Tri Hita Karana,”
katanya.
Sementara untuk pertama
kalinya, festival seni budaya masyarakat Sanur yang dijadwalkan berlangsung
pada 4-8 Agustus mendatang akan menampilkan “The Art Kampoeng” atau kampung
seni, yang menghadirkan suasana kehidupan masyarakat setempat pada tempo dulu.
Suasana masa lalu itu akan dihadirkan pada area khusus, yang menampilkan
berbagai kegiatan, yang didesain menjadi tempat berkumpulnya para seniman.
“Di sana mereka akan dapat
berinteraksi serta menikmati karya seni rupa kontemporer di luar lingkungan
galeri atau ruang pamer konvensional,” demikian Gus De.
0 komentar:
Posting Komentar